Tugu Equator

Tugu Khatulistiwa Santan Ulu atau Tugu Equator Santan Ulu adalah sebuah tugu penanda garis imajiner khatulistiwa yang berlokasi di atas bukit yang tidak jauh dari pinggir jalan raya Bontang – Samarinda KM25 Santan Ulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

Latar belakang

Tugu ini didirikan pada tahun 1993 oleh suatu kegiatan yang dinamakan Karya Bakti Latsirtada, dipimpin oleh panglima ABRI Jendral Faisal Tanjung. Pada tahun 2011 direnovasi oleh PT. Kaltim Methanol Industri dan Kodim 0908/BTG.

Bentuk Bangunan

Bangunan utama tugu khatulistiwa Santan Ulu berbentuk segi delapan dengan setiap sisinya memiliki pintu yang berdiri di atas lahan 2Ha. Bangunan tersebut memiliki tinggi kurang lebih 30 meter. Di puncak bangunan berbentuk seperti 2 buah cincin yang bergabung membentuk bola dunia & ditengahnya terdapat arah mata angin dan posisi persis lokasi ini berdasar garis bumi, 00′ 00’ 00′ dan 117o 21’ 47′ Bujur Timur.Disini juga digambarkan peta bumi dengan garis katulistiwa berwarna merah. Garis ini mempertegas kalau itu adalah garis tengah bumi sesungguhnya. Letak garis merah ini persis disebelah tempat parkir. Selain di tempat parkir, di jalan raya yang menghubungkan Samarinda dan Bontang juga digambarkan peta yang sama. Garis merah juga dibuat membelah peta tersebut untuk mempertegas garis tengah bumi. Jadi jika kita melintas di jalan tersebut, kita akan sadar bahwa telah melewati garis tengah bumi menuju belahan bumi yang lain.di bawah tugu terdapat beberapa tanda yang menunjukkan jarak ke kota-kota besar yang ada di dunia seperti jarak dari tugu ini ke Jakarta, Singapura, bahkan jarak ke Washington tertulis disini.Dan sebuah prasasti peresmian terdapat di bagian bawah bangunan. Dari atas bangunan ini kita bisa menikmati hijaunya pepohonan yang ada di sekeliling terhampar luas. Jalan poros Bontang-Samarinda juga terlihat berkelok naik turun terlihat dari sini. Bahkan tangki-tangki PT Badak pun terlihat jauh diujung pandangan.

Fenomena

Di desa Santan Ulu ini kita dapat menikmati fenomena hari tanpa bayangan. Secara ilmiah hari tanpa bayangan sebagai Transit Utama yakni saat matahari berada di titik Zenith sebuah tempat atau biasa di sebut titik kulminasi Jika di sebuah tempat tersebut terjadi hari tanpa bayangan maka matahari tengah singgah tepat di titik atas wilayah tersebut. Fenomena tersebut memang tak pengaruh apa-apa akan tetapi di Indonesia hanya terjadi di beberapa tempat yang dilalui garis khatulistiwa yang salah satunya berada di tempat itu. Titik kulminasi matahari atau Ekinoks, terjadi setahun dua kali tepatnya pada tanggal 21-23 Maret dan 21-24 September.

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Tugu_Khatulistiwa_Santan_Ulu